Visitors : 13.146.092
Users Registered : 95.559

5 Kesalahan dalam Menentukan Karir Pendidikan

Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, biasanya dari bangku sekolah ke tingkat kuliah, merupakan salah satu momen yang krusial dalam hidup. Mengapa tidak, karena pilihan kuliah yang tepat ikut berpengaruh pada masa depan karir anda, sedangkan pada masa-masa tersebut anda belum tentu memiliki kekuatan dalam menentukan sebuah pilihan.

Akibatnya, tidak jarang kita temukan orang-orang yang terjerumus ke dalam pilihan yang salah, salah pendidikan, hingga salah menentukan karir yang tepat. Saya sejujurnya bukan orang yang setuju bahwa pilihan karir harus sama dengan pendidikan, namun menurut saya pribadi, karir yang ditunjang dengan pendidikan yang tepat, merupakan kekuatan tersendiri bagi yang menjalaninya. Berikut kesalahan-kesalahan yang terjadi saat seseorang menentukan pilihan hendak melanjutkan pendidikan.

 

1. Tidak Mengetahui Potensi Diri

Masa remaja merupakan fase yang rentan (salah satunya rentan galau, hehe!) sehingga pada fase ini sangat berpotensi terjadinya kesalahan seseorang dalam menetapkan tujuan hidup, bahkan bukan tidak mungkin seseorang masih belum mengetahui tujuan hidupnya pada fase ini. Tidak mengetahui potensi diri, merupakan penyebab terjadinya kesalahan dalam memilih yang paling fatal, karena hal ini dapat mengantarkannya pada kesalahan-kesalahan lain, yang berimbas pada terjerumusnya ia dalam jurang kesalahan. Remaja yang tidak mengetahui potensi dirinya, akan menjadi sangat ‘latah’, yaitu terombang-ambing dalam sejuta pilihan. Akibatnya, melihat tawaran ini ia mau, tawaran itu ia mau, bahkan jika seorang wanita cantik menawarkannya untuk tidak kuliah melainkan menikah, ia pasti mau (kalau ini saya juga mau, hehe).

2. Memilih Berlandaskan ‘Ikut-ikutan’

Ini salah satu kisah klasik remaja yang masih labil. Alasan solidaritas atau persahabatan tidak jarang ‘membutakan’ seseorang, apalagi bagi mereka yang di masa sekolahnya dilewati bersama-sama dalam satu kelompok atau istilah kerennya ‘Gank’, tentu akan sangat berat untuk berpisah. Ikatan persahabatan dijadikan alasan seseorang mengajak atau mengikuti langkah teman atau sahabatnya dalam memilih jurusan. Disamping itu ada pula beberapa alasan lain. seseorang memilihi jurusan berdasarkan ikut-ikutan, misalkan karena ia sangat membutuhkan temannya itu, yang selama sekolah selalu membantu dia dalam urusan sehari-hari, misalkan mengerjakan tugas, hang out bareng, sampai hanya urusan sekedar curhat, dan ini bendari-benar ada! Padahal resiko yang timbul kelak bisa jadi sangat fatal, seperti jika keduanya berseilisih dan tidak cocok lagi sehingga di tengah jalan hubungan mereka terputus, bukan tidak mungkin salah satu di antaranya mengalami masalah hebat dalam pendidikan, hingga akhirnya tidak dapat melanjutkan dengan baik. Belum lagi jika pilihan yang dipilih tidak sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya, ini sangatlah merugikan.

3. Memilih Berdasarkan Paksaan Orang Tua

Orangtua umumnya menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam menentukan pendidikan. Biasanya yang menjadi pertimbangan adalah soal kepastian masa depan sang anak pasca menyelesaikan pendidikan. Ini adalah hal yang sungguh sangat wajar. Akan tetapi, bagaimana jadinya jika pilihan yang ditetapkan orangtua tidak sesuai dengan kemauan sang anak. Bisa saja sang anak memilih berdasarkan pertimbangan kemampuannya atau berdasarkan apa yang disukainya. Hal ini bisa jadi menimbulkan konflik antara orangtua dan anak, terutama apabila orangtua tidak atau kurang memahami kemampuan anak tersebut. Apa yang terjadi saat sang anak mengikuti keinginan orang tua? Besar kemungkinan sang anak akan merasa kesulitan dalam mengikuti pendidikan tersebut, dan tidak menutup kemungkinan pula di tengah jalan anak tersebut akan keluar atau mungkin di drop out. Apabila hal ini terjadi, sudah pasti sang anak akan memilih mengkambinghitamkan keputusan orangtuanya karena telah memaksanya berjalan di jalur yang bukan keinginannya.

4. Memilih dengan Alasan ‘Gengsi’

Ingin menjadi dokter, ingin langsung menjadi pegawai negeri, kuliah di kampus ternama denga sederet prestasi, bergaul dengan kaum borjuis alias kelas atas, bisa jadi pertimbangan sebagian remaja, yang menurut saya kurang beruntung. Memilih pendidikan dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, jelas menunjukkan ketidakseriusan anda dalam menatap tujuan, anda lebih mempertimbangkan ‘seperti apa anda dilihat dan dipandang oleh orang lain’. Karena orang-orang yang membuat keputusan dengan semata-mata mempertimbangkan pandangan orang lain, adalah mereka yang tidak mempunyai jati diri. Dan tentu saja, orang yang tidak punya jati diri, tidak mempunyai tujuan jelas yang ingin dicapai dalam hidupnya.

5. Memilih Karena Tak Ada Pilihan Lain

Saya tertawa sendiri membaca judul ini, karena bagi saya mereka tergolong orang yang kurang beruntung, terjebak dalam pilihan ‘tidak ada pilihan lain’. Tentu saya tidak bermaksud merendahkan, karena banyak alasan yang mungkin mendasari seseorang berada dalam posisi ini, misalnya karena tidak ada persiapan yang matang dalam menentukan pilihan, sehingga saat memutuskan untuk memilih orang ini mendapatkan penolakan. Selain itu alasan finansial juga bisa menjadi latar belakang seseorang terjebak dalam posisi ini.

Demikian 5 Kesalahan dalam Menentukan Pilihan Pendidikan, selanjutnya saya akan menulis tentang bagaimana menentukan pilihan yang tepat sebagai jawaban dan solusi atas permasalahan yang terjadi di atas. Simak terus tulisan saya, semoga bermanfaat.

Referensi : http://afifcc.wordpress.com/2012/044/26/karir5-kesalahan-dalam-menentukan-pilihan-pendidikan/